
Sejak ditemukannya Not angka yang kemudian disempurnakan dengan Not balok, kegiatan bermusik telah menciptakan beberapa aliran dengan melahirkan Maestro dan Musisi kondang seantero jagad yang diidolakan masyarakat dunia. Sebut saja aliran-aliran tersebut diantaranya; Classic, Country, Jazz, Blues, Rock'n Roll, Rock, Funk, R&B, Dixie, Fusion, Popular (Pop) dan lain-lain. Kebanyakan aliran musik tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kultur budaya dimana Sang Maestro atau Musisi dilahirkan termasuk kepahitan jalan hidup yang dialaminya.
Industri musikpun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan kemajuan teknologi, musik yang tadinya hanya bisa dinikmati kalangan terbatas, dapat mendunia bahkan dalam hitungan detik. Media-media untuk mengeksploitasi industri inipun mengalami kemajuan dari berbentuk piringan hitam (PH), Cassete, Televisi, Compact Disc. Home Video sampai Internet dan IPTV (perpaduan media TV dan Internet).
Dari beberapa media yang mengeksplor industri musik, Internet tercatat sebagai media Marketing musik yang paling efektif. Tercatat Situs-situs kaya seperti Yahoo.com, Google.com, Youtube.com unggul dalam mengeksplor industri musik dunia. Tidak ketinggalan juga Perusahaan raksasa Microsoft membuat software untuk instrumen musik.
Classic
Musik Classic tumbuh dan berkembang dikalangan bangsawan Eropa Timur. Aliran musik ini sering ditampilkan pada acara resmi keluarga dan kerabat kerajaan. Oleh karenanya musik classic identik sebagai simbol musik bagi kalangan bangsawan dan seakan-akan hanya kalangan bangsawanlah yang berhak memainkannya. Dari lingkup yang terbatas, musik ini bisa dinikmati rakyat biasa dan akhirnya mendunia.
Ada beberapa Maestro musik Classic yang sampai saat ini karya-karya besarnya masih melegenda dan sering dimainkan oleh Philharmonic Orchestra, Symphony Berlin maupun Symphony London. Tokoh-tokoh tersebut antara lain : Schubert Rosemunde, Johann Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Ludwig van Beethoven, Frederic Francois Chopin, Johann Strauss dan masih banyak lagi generasi berikutnya.
Cerita tentang Maestro pada aliran musik ini selalu dibumbui dengan Melodrama kehidupan para Musisinya. Adalah Johann Sebastian Bach yang disebut sebagai Guru musik Classic karena dialah penemu pakem standard bermain musik Classic. Banyak kalangan muda Eropa mengidolakannya dan berbondong-bondong berguru padanya. Nama J.S. Bach menjadi jaminan (trademark) bagi sukses dimasa mendatang yang selalu mereka impikan. Hal tersebut tidaklah terlalu istimewa karena memang mereka belajar pada Sang Maestro dibidangnya. Sampai suatu saat mereka dikejutkan oleh kemunculan bocah ajaib.
Bocah ini baru berusia 9 tahun, tapi kemampuannya bermain musik dapat diacungi 2 jempol. Jari-jemari mungilnya bergerak lincah menari dan menghentak diatas tuts Piano accoustic yang dimainkannya. Bocah sekecil itu mengundang decak kagum dengan konser tunggalnya dihadapan ribuan penonton termasuk di dalamnya Sang Maestro musik Classic J.S. Bach. Dan yang lebih mengejutkan lagi, permainan musiknya seolah-oleh mengoreksi pakem standard musik classic J.S. Bach yang telah dianut para pengikutnya selama bertahun-tahun. Kontan saja, begitu permainan musik bocah ini memasuki coda (tanda berhenti), standing applaus yang sangat panjang buatnya sebagai tanda puas dan kagum atas penampilannya. Dialah Wolfgang Amadeusz Mozart yang dapat pujian sebagai si Genius kecil atau bocah ajaib.
Ketenaran Mozart si Genius kecil menginspirasi kalangan muda Eropa untuk berbuat yang sama. Mereka berusaha unjuk kebolehan untuk meraih sukses seperti idola barunya. Tidak ketinggalan seorang anak muda belasan tahun dari negeri Kincir angin Belanda. Walaupun dia bukan dari golongan bangsawan, tekadnya yang bulat memotivasi niatnya meraih sukses. Untuk mendapatkan sukses seperti Mozart, dia dapat dikatakan terlambat karena usianya saat itu sudah remaja. Dengan berbekal tekad itulah akhirnya dia hijrah ke Austria untuk mengadu nasib.
Untuk tampil di depan para bangsawan, tidaklah semudah membalik tangan, apalagi dia terlahir bukan dari golongan elit tersebut. Dengan bantuan seseorang yang sangat jeli melihat bakat remaja ini, akhirnya dia dapat tampil dalam konser yang diidam-idamkannya. Nama remaja ini Ludwig Beethoven. Untuk mengelabui para bangsawan yang akan menyaksikan pertunjukannya, dia lalu menyisipkan kata “van” di tengah nama aslinya seolah-olah dia berasal dari bangsawan Belanda...dan berhasil. Namanyapun menjelma menjadi Ludwig van Beethoven. Dari sinilah awal sukses remaja Belanda yang urakan dan berjiwa pemberontak ini.
Kesempatan yang ditunggu-tunggupun akhirnya datang juga. Beethoven memperlihatkan kemampuannya bermain musik dengan teknik-teknik baru yang sangat tidak lazim dan revolusioner. Dengan irama yang jumping tidak beraturan dan sulit diduga, tergambarkan ekspresi jiwanya yang memberontak terhadap kemapanan. Beethoven mempesona para pengunjungnya termasuk Pesohor musik Classic saat itu. A Star is born ! Begitulah komentar di surat-surat kabar. Sejak saat itu Beethoven menjadi Pesohor di usia muda dengan karya-karya fenomenalnya.
Ketenaran Bethoven mengalami pasang surut seiring dengan keseimbangan mentalnya. Kejenuhannya sebagai seorang Pesohor, membawanya pada kehidupan yang tidak semestinya dia jalani. Dia kehilangan kendali dan mulai meninggalkan dunia musik untuk mencari jati dirinya. Dalam kebingungannya dia tidur disembarang tempat seperti layaknya seorang gelandangan. Orang-orang sudah tidak melihatnya lagi sebagai seorang Maestro musik kecuali seorang homeless sinting.
Waktu berlalu dan usia Beethoven bertambah tua. Penyakit aneh menyerang penglihatan dan pendengarannya. Lambat laun pandangannya kabur dan pendengarannya berkurang. Dia mulai sadar bahwa usia telah menggerogotinya, sementara selama ini dia telah menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Kesadaran untuk berkaryapun muncul lagi. Direkrutlah seorang asisten untuk menuliskan sebuah karya sebagai awal kebangkitannya kembali. Dengan bermodalkan naluri musiknya yang masih tajam, dia mulai merealisasikan sebuah karya monumental. Maka lahirlah sebuah karya besar sepanjang sejarah musik karya Beethoven yang diberi judul Symphony No.9.
Symphony No.9 ini oleh para pakar musik Classic disebut sebagai karya yang belum selesai karena lembar terakhir dari tulisan notasinya sampai saat ini belum ditemukan. Namun demikian Symphony No.9 merupakan karya terbesar sepanjang jaman yang pernah dibuat oleh seorang Maestro musik Classic dalam keadaan buta dan tuli. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang dapat memainkan musik ini.
Classic
Musik Classic tumbuh dan berkembang dikalangan bangsawan Eropa Timur. Aliran musik ini sering ditampilkan pada acara resmi keluarga dan kerabat kerajaan. Oleh karenanya musik classic identik sebagai simbol musik bagi kalangan bangsawan dan seakan-akan hanya kalangan bangsawanlah yang berhak memainkannya. Dari lingkup yang terbatas, musik ini bisa dinikmati rakyat biasa dan akhirnya mendunia.
Ada beberapa Maestro musik Classic yang sampai saat ini karya-karya besarnya masih melegenda dan sering dimainkan oleh Philharmonic Orchestra, Symphony Berlin maupun Symphony London. Tokoh-tokoh tersebut antara lain : Schubert Rosemunde, Johann Sebastian Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Ludwig van Beethoven, Frederic Francois Chopin, Johann Strauss dan masih banyak lagi generasi berikutnya.
Cerita tentang Maestro pada aliran musik ini selalu dibumbui dengan Melodrama kehidupan para Musisinya. Adalah Johann Sebastian Bach yang disebut sebagai Guru musik Classic karena dialah penemu pakem standard bermain musik Classic. Banyak kalangan muda Eropa mengidolakannya dan berbondong-bondong berguru padanya. Nama J.S. Bach menjadi jaminan (trademark) bagi sukses dimasa mendatang yang selalu mereka impikan. Hal tersebut tidaklah terlalu istimewa karena memang mereka belajar pada Sang Maestro dibidangnya. Sampai suatu saat mereka dikejutkan oleh kemunculan bocah ajaib.
Bocah ini baru berusia 9 tahun, tapi kemampuannya bermain musik dapat diacungi 2 jempol. Jari-jemari mungilnya bergerak lincah menari dan menghentak diatas tuts Piano accoustic yang dimainkannya. Bocah sekecil itu mengundang decak kagum dengan konser tunggalnya dihadapan ribuan penonton termasuk di dalamnya Sang Maestro musik Classic J.S. Bach. Dan yang lebih mengejutkan lagi, permainan musiknya seolah-oleh mengoreksi pakem standard musik classic J.S. Bach yang telah dianut para pengikutnya selama bertahun-tahun. Kontan saja, begitu permainan musik bocah ini memasuki coda (tanda berhenti), standing applaus yang sangat panjang buatnya sebagai tanda puas dan kagum atas penampilannya. Dialah Wolfgang Amadeusz Mozart yang dapat pujian sebagai si Genius kecil atau bocah ajaib.
Ketenaran Mozart si Genius kecil menginspirasi kalangan muda Eropa untuk berbuat yang sama. Mereka berusaha unjuk kebolehan untuk meraih sukses seperti idola barunya. Tidak ketinggalan seorang anak muda belasan tahun dari negeri Kincir angin Belanda. Walaupun dia bukan dari golongan bangsawan, tekadnya yang bulat memotivasi niatnya meraih sukses. Untuk mendapatkan sukses seperti Mozart, dia dapat dikatakan terlambat karena usianya saat itu sudah remaja. Dengan berbekal tekad itulah akhirnya dia hijrah ke Austria untuk mengadu nasib.
Untuk tampil di depan para bangsawan, tidaklah semudah membalik tangan, apalagi dia terlahir bukan dari golongan elit tersebut. Dengan bantuan seseorang yang sangat jeli melihat bakat remaja ini, akhirnya dia dapat tampil dalam konser yang diidam-idamkannya. Nama remaja ini Ludwig Beethoven. Untuk mengelabui para bangsawan yang akan menyaksikan pertunjukannya, dia lalu menyisipkan kata “van” di tengah nama aslinya seolah-olah dia berasal dari bangsawan Belanda...dan berhasil. Namanyapun menjelma menjadi Ludwig van Beethoven. Dari sinilah awal sukses remaja Belanda yang urakan dan berjiwa pemberontak ini.
Kesempatan yang ditunggu-tunggupun akhirnya datang juga. Beethoven memperlihatkan kemampuannya bermain musik dengan teknik-teknik baru yang sangat tidak lazim dan revolusioner. Dengan irama yang jumping tidak beraturan dan sulit diduga, tergambarkan ekspresi jiwanya yang memberontak terhadap kemapanan. Beethoven mempesona para pengunjungnya termasuk Pesohor musik Classic saat itu. A Star is born ! Begitulah komentar di surat-surat kabar. Sejak saat itu Beethoven menjadi Pesohor di usia muda dengan karya-karya fenomenalnya.
Ketenaran Bethoven mengalami pasang surut seiring dengan keseimbangan mentalnya. Kejenuhannya sebagai seorang Pesohor, membawanya pada kehidupan yang tidak semestinya dia jalani. Dia kehilangan kendali dan mulai meninggalkan dunia musik untuk mencari jati dirinya. Dalam kebingungannya dia tidur disembarang tempat seperti layaknya seorang gelandangan. Orang-orang sudah tidak melihatnya lagi sebagai seorang Maestro musik kecuali seorang homeless sinting.
Waktu berlalu dan usia Beethoven bertambah tua. Penyakit aneh menyerang penglihatan dan pendengarannya. Lambat laun pandangannya kabur dan pendengarannya berkurang. Dia mulai sadar bahwa usia telah menggerogotinya, sementara selama ini dia telah menghabiskan waktunya dengan sia-sia. Kesadaran untuk berkaryapun muncul lagi. Direkrutlah seorang asisten untuk menuliskan sebuah karya sebagai awal kebangkitannya kembali. Dengan bermodalkan naluri musiknya yang masih tajam, dia mulai merealisasikan sebuah karya monumental. Maka lahirlah sebuah karya besar sepanjang sejarah musik karya Beethoven yang diberi judul Symphony No.9.
Symphony No.9 ini oleh para pakar musik Classic disebut sebagai karya yang belum selesai karena lembar terakhir dari tulisan notasinya sampai saat ini belum ditemukan. Namun demikian Symphony No.9 merupakan karya terbesar sepanjang jaman yang pernah dibuat oleh seorang Maestro musik Classic dalam keadaan buta dan tuli. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang dapat memainkan musik ini.
2 comments:
waah.. pak har bisa jadi guru di sekolah musik..
keep writing !!
Post a Comment